Menteri BUMN, Mustafa Abubakar menilai Perum Perhutani memiliki potensi besar untuk mendukung program percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional yang dicanangkan pemerintah. Indikatornya, BUMN sektor kehutanan ini berhasil memproduksi ratusan ribu ton bahan pangan, dan menyerap ratusan ribu tenaga kerja.
Mustafa menyampaikan hal itu saat Rapat Kerja dan Peluncuran Logo Baru Perhutani di Madiun, Jawa Timur, Selasa (1/3). “Produksi bahan pangan Perhutani sebesar 850 ribu ton sangat kontributif dalam rangka mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia,” kata Mustafa ltu menunjukkan, peran Perhutani yang sangat signifikan untuk ketahanan pangan nasional. “Padahal, itu bukanlah core bisnis Perhutani,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, saat retreat di Istana Bogor, 11 12 Februari lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta adanya percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia. Tujuannya, peningkatan kesejahteraan rakyat, yang initinya penurunan angka kemiskinan, dan antisipasi gejolak masalah pangan. Strateginya, dengan penyediaan lapangan kerja yang lebih banyak, dan pencukupan kebutuhan pangan.
Ketua Dewan Pengawas Perum Perhutani, Muslimin Nasution, menegaskan Perhutani sangat siap mewujudkan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional. Pasalnya, Perhutani memiliki segalanya, dana, sarana, dan prasarana infrastruktur serta lahan. “Hukumnya wajib bagi Perhutani menindaklanjuti hasil reatreat Bogor. Perhutani harus berada di depan untuk pengentasan kemiskinan,” ujarnya.
Bukan tanpa alasan Muslimin mengatakan itu. Terdapat 30 juta rakyat miskin yang hidup di kawasan hutan. Mereka mendiami 5.000 desa miskin. “Tak ada alasan Perhutani tak sanggup. Infrastruktur tak ada masalah. Tanah subur. Dana juga ada,” ujarnya.
PIt Direktur Utama (Dirut) Perhutani, Haryono Kusumo, mengemukakan pencapaian kinerja perusahaan yang dipimpinnya di bidang kelola sumber daya hutan, sosial, dan perusahaan pada 2010. Menurut dia, walaupun pendapatan 2010 sedikit di bawah target RKAP, namun pengendalian biaya operasional yang cukup ketat dengan tanpa mengurangi kualitas, Perhutani masih dapat membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp209 millar, atau 142 persen dari target RKAP.
Dalam hal kelola sosial, utamanya kontribusi terhadap ketahanan pangan, tercatat sejumlah 826 ribu ton produksi bahan pangan. “Itu terdiri dari berbagai jenis tanaman pangan, serta menyerap 676 ribu tenaga kerja,” kata Haryono.
Berdasarkan jatah tebangan tahunan 2011 yang telah disahkan Menteri Kehutanan dan RKAP 2011 yang telah disahkan Menteri BUMN, target pendapatan Perum Perhutani tahun 2011 sebesar Rp 4,1 triliun. Atau, meningkat 13 5 persen dibanding RKAP 2010. Peningkatan rencana pendapatan, selain dari hasil penjualan kayu tebangan, juga dari peningkatan nilai tambah hasil industri kayu, nonkayu, wisata, jasa lingkungan, serta optimalisasi aset perusahaan.
“Kami telah memindahkan biaya belanja operasional kurang lebih Rp181 millar ke biaya belanja modal. Sehingga, total belanja modal tahun 2011 men jadi Rp956 miliar,” kata Haryono, Dalam ketahanan pangan, Perhutani memperkirakan bisa berkontribusi bahan pangan mencapai 850 ribu ton. “Mulai 2011 kami mencoba masuk ke industri pengolahan pangan al ternatif nonberas, yakni tepung ketela, tepung jagung, dan tepung sorgum,” ujarnya.•
Nama Media : JURNAL NASIONAL
Tanggal : Rabu, 2 Maret 2011
Penulis : Yogyo S. Yono