JAKARTA – Pendapatan Perum Perhutani kian melejit. Betapa tidak, dengan target penda-patari usaha dari bisnis nonkayu pada 2016 sebesar 55 persen, ini berarti mengalami peningkatan sebanyak 52 dibandingkan dengan perolehan tahun 2014.
“Perhutani akan terus berusaha menaikkan perolehan pendapatan dari bisnis non-kayu, sejalan dengan berkurangnya pendapatan dari kayu log. Hal tersebut seiring dengan program penghematan kayu dan menjaga kelestarian hutan terutamma di Jawa,” kata Direktur Utama perum perhutani Mustoha Iskandar, di Jakarta, kemarin.
Menurut Mustoha, yang sebelumnya menjabat Direktur Komersial Kayu Perhutani, sejak (Selasa, 21/ 10), secara resmi menjadi dirut baru menggantikan dirut i sebelumnya Bambang Sukmananto.
Dikatakannya, pada 2016 porsi pendapatan 1 Perum Perhutani sebanyak 55 persen disumbang nonkayu dan?45 persen kayu. Naik dari 2014 yang diperkirakan 52 persen non kayu sementara 48 persen kayu.
Naiknya bisnis nonkayu, dipacu dari inovasi-inovasi produk termasuk dengan pengembangan produksi di sektor hilir. Pada 2014 diutarakan Mustoha, perseroan menargetkan pendapatan sebesar Rp4,6 triliun, dengan laba sekitar Rp287 miliar.
Pendapatan Perhutani selama ini, katanya, masih bertumpu pada sektor hulu yaitu kayu hasil hutan dan getah. Mustofa menambahkan salah satu bisnis nonkayu yang menjadi andalan Perhutani adalah pabrik derivatif gondorukem terpentin di Pemalang berkapasitas 24.000 ton per tahun yang mulai beroperasi 2015.
“Kita investasi cukup besar di Pemalang sekitar Rp 200 miliar. Harus cepat mengembangkan hilir, karena jika hanya mengandalkan kayu log maka akan sulit,” katanya.
Dari yang didatanya, industri gondorukem selama ini menyumbang pendapatan kedua terbesar setelah kayu bulat (log), dimana perusahaan ini menjadi penghasil gondorukem terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Gondorukem, yang merupakan produk olahan getah pinus, adalah bahan utama untuk industri minyak, Cat, tinta printer, dan industri lainnya.
Perum Perhutani mengelola hutan seluas 2,4 juta hektare di Pulau Jawa, terdiri atas hutan jati 1.261. 465,81 hektare (52 persen), hutan pinus 876.992,66 hektar (36 persen), dan sisanya damar, mahoni, akasia, sengon, kesambi dan lainnya.
Pada 17 September 2014, pemerintah secara resmi membentuk Holding BUMN Kehutanan yang menggabungkan Perhutani dan Inhutani IV melalui Peraturan? Pemerintah (PP) No.?73 tahun 2014 tentang Penambahan Penyertaan Modal? negara republik Indonesia
ke Dalam Modal Perusahaan Umum Kehutanan Negara. Perum Perhutani bertindak sebagai induk usaha Holding BUMN Kehutanan dengan modal awal sebesar Rp 1,181 triliun.
Dirut Baru
Pengangkatan Dirut baru Perum Perhutani ini, setelah para Pemegang saham Perum Perhutani memutuskan mengangkat Mustoha Iskandar sebagai Direktur Utama perusahaan periode 2014-2019 menggantikan pejabat dirut sebelumnya Bambang Sumananto. Surat
pemberhentian dan pengangkatan tertuang dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor 231/MBU/ 10/2014 tanggal 17 Oktober 2014.
Dirut Mustoha, sebelumnya menjabat Direktur Komersial Kayu Perum Perhutani sejak 13 Januari 2014. Sedangkan Bambang Sukmananto selanjutnya segera menempati posisi baru sebagai Staf Ahli Kementerian Kehutanan.
Susunan pejabat direksi Perhutani saat ini adalah Dirut Mustoha Iskandar, Direktur PSDH Heru Siswanto, Direktur Keuangan Morgan Sharif Lumban Batu, Direktur komersian non-kayu Muhammad Soebagja, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis dan Umum Mustofa Iskandar, dan Direktur Agus Setyaprastawa.
Seperti diketahui, tanggal 17 September 2014, pemerintah secara resmi membentuk Holding BUMN Kehutanan yang menggabungkan Perhutani dan Inhutani I-V melalui Peraturan Pemerintah (PP) No.73 tahun 2014 tentang Penambahan Penyertaan Modal?Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Perusahaan Umum Kehutanan Negara.
Sumber : Suara Karya
Tanggal: 22 Oktober 2014