Perum Perhutani segera mempelajari peluang untuk membuka perkebunan sagu dan pabrik pengolahan sagu di Papua Rencana ini seiring dengan instruksi Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, Awal pekan ini, Dahlan meminta Perum Perhutani dan PT Inhutani untuk mendukung pembangunan dan meningkatkan ketahanan pangan di Papua. Dahlan menyebutkan, modal untuk membangun pabrik pengolahan sagu diperkirakan mencapai Rp 50 miliar.

Bambang Sukmananto, Direktur Utama Perhutani mengatakan, pihaknya akan segera mempelajari lokasi dan potensi produk pangan sagu di Papua Pembangunan pabrik baru ini, menurutnya, akan mempertimbangkan sejumlah hal, seperti ketersediaan lahan dan infrastruktur seperti jalan, energi, dan pelabuhan, serta kecukupan modal.

“Apakah mau di Sorong, Bintuni, Jayapura, Manokwari atau daerah lain masih kami pelajari. Bintuni misalnya, potensi produksi sagunya cukup baik, tetapi lokasinya jauh, tentu ini akan kami pelajari,” kata Bambang kepada KONTAN, Kamis (26/1).

Untuk melancarkan rencana ini, Bambang pun dalam waktu dekat akan menuju Papua untuk mencari lokasi kebun yang tepat, Sejauh ini, menurut Bambang, Perhutani telah mendapatkan dukungan dari pemerintah seperti Menteri Kehutanan dan Menteri BUMN. Setelah mendapatkan lokasi yang pas, Perhutani berniat segera membangun pabrik sagu tersebut tahun ini.

Namun demikian, Perhutani berharap investasi pendirian pabrik dan pembukaan kebun sagu tak sepenuhnya berasal dari kantong sendiri. Pasalnya, tahun ini saja Perhutani sudah menganggarkan belanja modal sebesar Rp 350 millar. Modal ini akan digunakan untuk hilirisasi produk kayu dan gondorukem. “Karni berharap untuk modal pabrik sagu, ada penyertaan saham barn atau pinjaman perbankan, atau ada investasi dari pihak lain,” kata Bambang.

Sementara itu, Irsal Yasman, Direktur Utama PT Inhutani I mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum mengetahui soal instruksi pembangunan pabrik sagu tersebut. “Saya belum tahu soal ini, setahu saya kerjasama operasional (KSO) ini ada di Perhutani,” kata Irsal.

Sebelumnya, Dahlan menilai potensi perkebunan dan pengolahan sagu di Papua sangat besar. Maklum, sagu tumbuh subur di hutan Papua. Karenanya, setiap investor yang masuk, tak perlu menanam pohon baru, cukup merawat hutan sagu yang sudah ada.

Nantinya, produksi sagu ini akan memperkuat cadangan pangan di Papua. Dengan begitu, pemerintah berharap krisis pangan di Papua bisa diatasi. Bahkan, ketika produksi berlebih, produksi sagu ini bisa dipasarkan ke Indonesia Barat.

Selain meningkatkan pendapatan masyarakat Papua, pemasaran sagu ke wilayah Indonesialainnya pun akan menghidupi bisnis angkutan kapallaut dari Papua Selama ini, kapal laut yang berlayar ke Papua selalu membawa muatan penuh, namun kosong ketika kembali. lni membuat ongkos angkut dengan jadi kapal mahal.

KONTAN :: 27 Januari 2012, Hal. 13