PURWAKARTA, PERHUTANI (05/10/2020) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta dan Yayasan Wanadri menggelar aksi penanaman 2.000 bibit mangrove jenis Rhyzopora dan Avicennia di petak 33 Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Poponcol, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Pamanukan KPH Purwakarta, Jumat (02/10).

Kegiatan ini diikuti sekitar 40 orang terdiri dari Administratur KPH Purwakarta Uum Maksum beserta jajaran, Dewan Pengurus (DP) Yayasan Wanadri Feby Nugraha, Tokoh Masyarakat Desa Mayangan Wahyudi, dan Ikatan Istri Karyawan Perhutani (IIKP).

Dalam aksi tersebut Administratur KPH Purwakarta, Uum Maksum menyampaikan bahwa kegiatan penanaman mangrove bertujuan untuk memperbaiki lingkungan hidup, karena mangrove yang ada perlu dikayakan kembali.

“Kegiatan menanam mangrove bukan baru hari ini dilaksanakan, tetapi sudah dimulai sejak tahun 2016. Harapannya kedepan bisa berkelanjutan. Tentunya dengan kesepakatan dan komitmen bersama yakni kita tanam, pelihara, dan perbaiki lingkungan mangrove supaya lebih bagus lagi,” ajaknya.

Uum juga menambahkan bahwa tanaman mangrove berfungsi sebagai pencegah instrusi air laut, erosi, abrasi, penyaring alami dan sebagai tempat hidup udang dan kepiting, yang kedepannya tidak menutup kemungkinan akan berkembang menjadi tempat wisata edukasi, yang pada akhirnya akan menghasilkan manfaat ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat sekitar.

“Mudah-mudahan dengan komitmen, kebersamaan, dan niat yang sama akan membuat lingkungan kita menjadi lebih kuat dan bisa menjadi contoh bagi tempat lain. Dan satu hal lagi, menanam adalah sedekah oksigen, satu pohon yang kita tanam akan menghasilkan oksigen yang akan bermanfaat untuk umat manusia,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama Ketua Divisi Lingkungan Yayasan Wanadri, Feby Nugraha Wiliandri menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa senang bekerja sama dengan Perhutani beserta rekan-rekan lainnya.

“Mudah-mudahan upaya kita tidak berhenti sampai disini. Kita terus berupaya berkomitmen untuk kelestarian mangrove di wilayah pesisir utara Jawa Barat dengan konservasi, ecoedu wisata dan pemberdayaan masyarakat. Tapi saat ini yang dilakukan konservasi dulu, sebab mangrovenya harus bagus dulu baru yang lain bisa mengikuti,” ungkapnya.

Feby juga menyampaikan perlunya pola wali mangrove tidak hanya sebatas menanam tapi juga pemeliharaan tanaman selama 2 tahun, harus dilakukan pemeliharaan jika ada yang mati dan diganti dengan tanaman yang baru.(Kom-PHT/Pwk/Ai)

Editor : Ywn
Copyright©2020