Perum Perhutani Jabar Banten menargetkan produksi padi dari program Gerakan Percepatan Produktivitas Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) bisa mencapai 145.475 ton. Wakil Kepala Perhutani Jabar Banten Elian Barlian mengatakan program GP3K di wilayah kerjanya yang bergulir sejak 2011 terbilang berhasil. “Panen 2011 cukup bagus dengan hasil produksi sebanyak 29.000 ton,” katanya di Gedung Pakuan, Bandung, Kamis (2/8).

Dia menjelaskan tahun ini pihaknya menargetkan ada kenaikan 30% produksi dibandingkan dengan tahun lalu, yakni ada peningkatan sekitar 35.000 ton dari program GP3K dari luas lahan 29.094 hektar. Perhutani, katanya, mulai efektif menanam padi tersebut pada musim penghujan akhir 2012 di 14 KPH. Agar program ini berjalan mulus pihaknya selalu mengonsultasikan dengan Dinas Pertanian.

Peran Dinas Pertanian untuk mendukung panca usaha tani, sehingga diperlukan konsuitasi dan pendampingan dari petugas penyuluh lapangan pertanian. Tahun ini, katanya, GP3K juga mengembangkan budi daya tanaman jagung di atas luas lahan 5.033 hektare atau meningkat dibandingkan dengan 2011 yang hanya 4.219 hektare. Produksi jagung GP3K tahun lalau sebesar 52.509 ton.

Menurut Elian, program GP3K di Jabar dan Banten berkontribusi 40% dari seluruh Perhutani secara nasional. “Jabar termasuk paling besar untuk keseluruhan,” katanya. Dia menyatakan keuntungan dari GP3K ini seluruhnya untuk petani, tetapi untuk menjalankan program ini para petani terlebih dahulu diberikan dana pinjaman.

Perhutani mengucurkan lebih dari Rp6 miliar untuk program GP3K secara nasional dengan bunga rendah. “Tujuan dari program ini selain untuk meningkatkan produktivitas, juga untuk membantu ketahanan pangan nasional,” katanya. Menanggapi soal produksi kedelai, Elian berpendapat pengembangan komoditas itu perlu kecocokan khusus kondisi lahan. “Saya kira di Jabar itu relatif lebih cocok ke padi dan jagung. Ada yang cocok untuk kedelai tapi tidak begitu luas, itu hanya di Pantura,” katanya.

Menurutnya, untuk lahan yang akan ditanami kedelai perlu treatmen khusus. Kondisi ini berbeda dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur yang memiliki lahan cukup luas untuk pengembangan kedelai dengan sistemnya tumpang sari. Pengembangan kedelai selain karena lahannya yang terbatas. Kedelai sendiri butuh perlakuan khusus seperti walaupun bukan tanaman air tapi butuh air, kemudian resistensi gangguan hamanya terbilang tinggi. “Tapi ke depan kami sangat concern untuk kedelai ini.”

Bisnis Indonesia :: 3 Agustus 2012, HAL i.2