SEMARANG, suaramerdeka.com – Guna meningkatkan produksi getah pinus, Perum Perhutani melakukan peremajaan seluruh pohon pinus di Pulau Jawa. Peremajaan ini sekaligus menambah jumlah pohon pinus menjadi dua kali lipat dari sebelumnya.
“Program kami menanam pohon pinus muda sebanyak-banyaknya. Saat ini yang ada rata-rata berumur 30-40 tahun, produksinya sudah tidak bagus. Produksi bagus bila usianya antara 15-25 tahun,” tuturnya.
Diakui, Indonesia tertinggal dalam peremajaan pohon pinus. Sebab dulu pohon pinus tidak diambil getahnya tapi hanya diambil kayunya, jadi tidak ditebang. Saat ini di Jawa Tengah realisasi produksi getah pinus mencapai 45% dari target 52.000 ton. Guna mendorong produksi getah pinus dibutuhkan efisiensi, inovasi, peningkatan harga, dan penyediaan alat angkut cepat.
Dalam hal sumber daya manusia juga dilakukan peremajaan diantaranya SDM yang menyadap berbeda dengan SDM yang mengambil getah. “Yang tua-tua biar menyadap saja. Memang biayanya lebih banyak, tapi harga jual getah akan lebih tinggi,” tuturnya.
Dalam mengolah getah pinus, Perum Perhutani mendirikan Perhutani Pine Chimical Industry (PPCI) di Pemalang. Pabrik derivat terpadu ini terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara, yang menempati lahan 6,3 hektare dengan bangunan seluas 2,5 hektare, dan didukung oleh 80 tenaga kerja langsung.
Getah pinus diolah di pabrik melalui proses melting, scrubber dan pemasakan menghasilkan produk gondorukem atau gum rosin dan terpentin. Proses lanjutan destilasi terpentin akan menghasilkan produk turunan Pinene (Alphapinene), Bethapinene, D-limonen, D-carene. Sedangkan proses lanjutan produk gum rosin melalui esterifikasi dan flacking menghasilkan glycerol dan rosin ester.
PPCI di Pemalang saat ini mempunyai kapasitas bahan baku feed stock 24.500 ton per tahun getah pinus. Kapasitas produksi terpasang gondorukem (gumrosin) 17.150 ton per tahun; turpentin 3.675 ton per tahun; Alphapinene 6.000 ton per tahun, Betapinene 112,5 ton per tahun; Gliserol Rosin Ester 18.000 ton per tahun; terpineol 1800 ton per tahun.
“Proses produksi Alphapinene ini teknologinya sederhana, tetapi Perhutani justru memperoleh nilai tambah cukup tinggi dibandingkan bila hanya mengekspor dalam bentuk terpentin,” terangnya.
Alphapinene telah diekspor ke India sebesar 13,6 ton, dengan kualitas kemurnian minimal 97,5 %. Perhutani mengelola hutan seluas 2.4 juta hektare di Jawa, terdiri atas hutan jati 1.261.465,81 hektar (52%), hutan pinus 876.992,66 hektar (36%) dan sisanya damar, mahoni, akasia, sengon, kesambi, dan lain-lain.   ( Fani Ayudea / CN34 / SMNetwork )
Sumber  :  www.suaramerdeka.com
Tanggal  :  11 juli 2014