BISNIS INDONESIA (29/5/2017) | Proyek besar ecopark yang digagas Perum Perhutani diprediksi akan menjadi bisnis hijau yang menjanjikan, jika dikombinasikan dengan ecotourism dan eco-industrial park.
Ketua Program Studi Pascasarjana Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor Arief Daryanto menilai ecopark yang digagas Perhutani merupakan bisnis hijau yang menjanjikan.
“Kalau dikelola dengan profesional, hal ini merupakan prospek bisnis hijau yang menjanjikan. Sentul memiliki potensi untuk itu,” tuturnya, Minggu (28/5).
Dia menambahkan bisnis baru Perhutani tersebut makin menjanjikan jika dikombinasikan dengan ecotourism dan ec0-industrial park. Konsep serupa sukses dikembangkan oleh beberapa negara seperti China, Jepang, Korea.
Salah satu contohnya adalah Taiwan yang sukses mengembangkan St-Kitts Eco-Park dengan kebun mawar yang menjadi tempat favorit pernikahan. Di dalam negeri, konsep ecopark juga sukses dikembangkan di Batu, Jawa Timur.
Ecotourism dikenal sebagai wisata ekologi dan wisata berbasis alam, yang didesain untuk melindungi lingkungan atau setidaknya meminimalkan kerusakan di dalamnya.
Di sisi lain, dalam eco-industrial park, industri bekerjasama mengurangi limbah, polusi, dan berbagai sumber daya ecara efisien untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, dengan tujuan peningkatan ekonomi dan kualitas lingkungan.
“Kalau eco-industrial park, pasti lebih banyak pada area komersil”, imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, Perum Perhutani tengah mempertimbangkan sejumlah investor yang tertarik untuk mengembangkan kawasan wisata ecopark di lahan seluas 600 ha dari 9.000 ha milik perusahaan di Sentul, Jawa Barat. Diharapkan pada 2018, pemasangan tiang pancang pembangunan sudah bisa dilakukan.
Dalam masterplan yang disiapkan sejak empat tahun lalu, kebutuhan investasi untuk proyek besar ini senilai Rp5 triliun. Tiga perusahaan asing berasal dari Amerika Serikat, Eropa, dan China, dan empat perusahaan lokal salah satunya perusahaan properti, telah menyampaikan niat untuk kerjasama.
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Maulana menyampaikan Perhutani telah mengantongiizin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengembangkan kawasan ecopark sejak empat tahun lalu.
Investasi pengembangan masih akan mengandalkan sumber dana dari investor dan perbankan, karena kondisi keuangan Perhutani tidak memungkinkan setelah sempat merugi tahun Lalu.
Diakui Denaldy, sektor pariwisata menjadi fokus Perhutani tahun ini, meski kontribusinya baru 2% terhadap pendapatan perusahaan. Dia optimistis melalui rebranding 236 lokasi wisata Perhutani dan pengembangan ecopark, dapat memberikan kontribusi 20% selama kurun waktu dua tahun ke depan.
Di negara-negara maju, kontribusi pegembangan pariwisata hutan mencapai 10%-45%. Ecopark berkelas dunia itu mengusung konsep keseimbangan ekosistem alam dan hiburan seperti agraforestry, silvopasture, serta memanfaatkan energi berbasis lingkungan.
Menurutnya, sebagai negara tropis, Indonesia seharusnya memiliki ecopark berkelas dunia. “Kalau memang prospeknya bagus, kita bisa kembangkan lagi lebih dari 600 ha,” tuturnya ditemui di kantor Perhutani Jakarta, pekan lalu. (Azizah Nur Alfi)
Sumber: Bisnis Indonesia, hal. 31
Tanggal: 29 Mei 2017