Kayu Gmelina

Unit Bisnis : Kayu

Ciri Umum:
Warna: Teras berwarna putih atau putih kekuning-kuningan, gubal putih, kadang-kadang kehijauan, tidak tegas batas teras dan gubal. Corak: polos. Tekstur: agak kasar sampai kasar. Arah Serat: Lurus sampai berpadu. Kilap: permukaan licin. Kekerasan: agak lunak.

Ciri Anatomi:
Pembuluh/Pori: baur, sebagian besar berganda radial yang terdiri dari 2-4 pori. kadang-kadang sampai 5, diameter agak kecil sampai agak besar, frekuensinya jarang sampai agak jarang, tilosis banyak dijumpai, bidang perforasi sederhana. Parenkima: Biasanya bertipe paratrakea bentuk selubung, sebagian cenderung bentuk sayap, jarang jarang yang konfluen. Jari-Jari: sempit sampai agal lebar, letaknya jarang, ukurannya agak pendek.

Sifat dan Kegunaan:
Berat Jenis: rata-rata terendah 0,42 dan tertinggi 0,61 dari 5 jenis. Kelas Awet: IV-V, Kelas Kuat: III (II-IV). Kegunaan: Bahan konstruksi ringan, Kayu Pertukangan, pembungkus, barang kerajinan, perabot rumah tangga, vinir hias, juga digunakan untuk lantai, alat musik, korek api, badan kereta dan kapal/perahu. jenis kayu ini juga cocok dibuat pulp

Kayu Gmelina Mempunyai Prospek Bisnis Cerah. Meningkatnya kebutuhan kayu industri membuat produsen kayu melirik potensi tanaman yang memiliki pertumbuhan cepat dengan kualitas kayu yang bagus. Hal ini salah satunya dipicu oleh rendahnya produksi kayu sengon karena di beberapa sentra produksi kayu sengon banyak diserang penyakit karat puru. Salah satu jenis tanaman kayu yang memiliki potensi pertumbuhan cepat adalah Gmelina (Gmelina arborea Roxb).

Prospek budi daya Gmelina kian cerah karena meningkatkan kebutuhan kayu industri. Sebagai bahan baku kayu industri, kayu Gmelina kerap digunakan sebagai pulp, plywood, bahan konstruksi ringan, asesoris interior, perabot rumah tangga, kerajinan, dan cinderamata. Selain kayunya, beberapa bagian tanaman juga bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Sementara daunnya bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak.

Sebagai komoditas yang potensial, kayu Gmelina banyak dipasok ke berbagai daerah di Indonesia. Harga jual kayu pada tahun 2009 berkisar 50-100 juta per ha, bergantung pada diameter kayu dan jarak tanam. Tidak hanya untuk memasok pasar dalam negeri, pasar luar negeri juga masih menganga. Sebagai contoh adalah pasar Jepang. Di Jepang, kayu Gmelina diolah menggunakan teknologi tinggi sehingga menghasilkan cenderamata, esesoris interior, dan perabot rumah tangga.

Produk Terkait