berita_351453_800x600_dscn1340RRI.CO.ID (20/1/2017) | Pemasok sagu terbesar untuk wilayah ASEAN saat ini masih dipegang Malaysia, karena negara itu memiliki banyak pabrik dan lahan sagu. Namun Indonesia bakal bisa mengalahkan Malaysia dalam produksi hingga kualitas sagu seiring dengan telah dibangunnya pabrik sagu baru di Provinsi Papua dan dikembangkanya perkebunan sagu di Provinsi Riau.

Hal itu dikatakan oleh Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rahman di Pekanbaru, dalam sebuah acara, Jumat (20/1/2017).

Dia mengatakan pohon sagu Papua dan Riau selama ini terkenal dengan sagu raja, sebab pohonnya bisa menghasilkan sagu hingga 900 kilogram per batang. Sedangkan di Malaysia, pohon sagu lebih kecil – kecil.

“Walaupun Malaysia memiliki pabrik sagu yang banyak, namun karena kapasitasnya hanya sekitar 5 ton per hari, maka dikembangkannya hamparan hutan sagu terbesar di dunia yang ada di Indonesia, maka Indonesia memiliki potensi sebagai pemasok sagu terbesar di dunia,” ungkapnya.

Diakui, pihaknya terus menarik investor untuk membangun pabrik sagu di tengah hutan sagu yang ada di Riau, apalagi sebelumnya perum perhutani telah memiliki pabrik sagu yang paling modern di Indonesia dengan kapasitas 30 ribu ton per tahun.

“Pembangunan pabrik sagu di Indonesia juga bisa mengurangi tingkat importasi sagu, yang tingkat kebutuhan sagu saat ini sekitar 5 juta ton per tahun melalui hilirisasi,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau, Darmansyah Provinsi riau merupakan salah satu daerah sentra produksi sagu di Indonesia dengan total produksi mencapai 246.000 ton per tahun, sehingga akan diupayakan ekspor sagu dalam rangka meningkatkan ekonomi.

Pemprov Riau tengah mengupayakan ekspor sagu keluar negeri untuk meningkatkan perekonomian dan menunjang produksi pangan. Sebab selain Papua, Provinsi Riau juga merupakan salah satu daerah sentra sagu.

“Saat ini, sagu hanya ada di Riau dan di Papua, sehingga sebagai daerah sentra produksi sagu, Riau yang berada di bagian pesisir dengan daerah sentra yaitu Kepulauan Meranti, Bengkalis dan Iindragiri Hilir,” rincinya.

Mengingat permintaan sagu di dunia akan tinggi dan berpotensi dijual di wilayah Eropa dan Asia Timur, maka saat ini pemerintah bekerja sama dengan pihak Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk memasarkan makanan yang mengandung karbohidrat itu, apalagi perkebunan sagu yang menjadi komoditas andalan di Kabupaten Kepulauan Meranti dari hasil penelitian merupakan varietas terbaik dengan produksi sekitar 276.000 per tahun.

“Selain untuk memenuhi kebutuhan sagu dalam negeri secara nasional, sagu dari Kepulauan Meranti juga baru telah tembus pasar di negara asia Timur dan Asia Barat.

Sementara itu, Bupati Kepulauan Meranti, Irwan Nasir mengatakan pihaknya masih memerlukan perhatian serius dari pemangku kepentingan terutama dalam pembiayaan dan berbagai hasil olahan sagu.

“Kami berharap pemerintah baik di provinsi dan pusat, agar dapat lebih perhatikan potensi sagu di Kepulauan Meranti,” pintanya. (TS)

Sumber: rri.co.id

Tanggal: 20 Januari 2017