Kompas, Cianjur – SMKN 1 Pagelaran menyiapkan para rimbawan untuk menguasai teknik produksi hasil hutan, pengujian kayu bulat, inventarisasi hutan, dan pemanenan hutan. Setelah empat tahun menjalani pendidikan, rimbawan harus siap menghadapi situasi kerja yang jauh dari keramaian.

Kepala SMKN 1 Pagelaran Nandang Jauharudin mengatakan, selain menyiapkan kompetensi siswa untuk terjun dalam industri terkait kehutanan di sektor swasta dan pemerintah, siswa disiapkan “tahan bosan”. Karena itu, saat masih dalam pendidikan, siswa telah menjalani praktik di hutan berhari-hari hingga berminggu-minggu.

Situasi kerja di hutan juga dijalani siswa ketika menempuh praktik kerja industri. Siswa terjun ke dunia kerja sesungguhnya di Kalimantan, Sumatera, hingga Papua. “Masyarakat di sini sudah melihat bukti, lulusan SMKN 1 Pagelaran untuk program keahlian kehutanan mudah tersalurkan saat lulus. Minat orangtua dan siswa untuk memilih program kehutanan pun menjadi tinggi, kata Nandang.

Keberadaan SMK kehutanan dan pertanian ini sesuai dengan potensi lokal Sekolah berada di sekitar lokasi Perum Perhutani Cianjur yang juga bekerja sama untuk membantu praktik siswa.

Sri Rohmawati (16), siswa kelas X program keahlian kehutanan, mengatakan, kesempatan bekerja di bidang kehutanan cukup menjanjikan. Dia dan beberapa saudaranya memilih SMK ini untuk mempersiapkan diri bekerja di industri kehutanan. “Pelajarannya menyenangkan. Yang penting nanti mudah kerja supaya bisa membantu orangtua,” kata Sri.

Daya tarik mudah mendapatkan pekerjaan juga menjadi alasan bagi Gilman Aulia (17), siswa kelas XL Gilman yang ayahnya tukang ojek tidak merasa berat saat menjalani latihan fisik dan mental lewat program kesamaptaan di sekolah.

Dari kebutuhan sebanyak 1.600 orang untuk mengisi industri kehutanan, lulusan SMK kehutanan di bawah Kemdikbud serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mampu menyediakan sekitar 600 lulusan per tahun.

Di antara lulusan SMKN 1 Pagelaran, ada yang menjadi polisi hutan dan pilot helikopter untuk memantau areal perkebunan atau hutan. Ada pula lulusan yang terpilih menjadi bakti rimbawan yang disebar ke sejumlah daerah hingga perusahaan besar di luar Pulau Jawa.

Bukti itu mampu membangkitkan minat anak-anak lulusan SMP untuk mendaftar ke SMK kehutanan yang didirikan pada 2003 ini. “Kami senang bisa membantu anak-anak dari kampung, yang kondisi ekonominya lemah, sehingga bisa bekeija dengan gaji memadai. Hal ini merupakan kebahagiaan sangat besar bagi guru,” ujar Yanti.

Kreativitas siswa juga diasah untuk memanfaatkan limbah kayu menjadi berbagai kerajinan tangan. Beragam produk dari limbah kayu, seperti tempat sampah dan pot tanaman, tidak hanya dipajang, tapi juga dipasarkan.

Setelah menjalani pendidikan selama empat tahun, siswa mendapatkan ijazah dan sertifikat kompetensi Uji kompetensi dilakukan di tingkat empat seusai siswa magang enam bulan. Para guru tidak ketinggalan mendapat penguatan kompetensi serta bimbingan teknis dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai dan Sumber Daya Manusia Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (ELN)

Sumber: Kompas, Hal – 12
Tanggal: 21 Maret 2016