MEDIA INDONESIA (10/3/2017) | Setidaknya dibutuhkan investasi hingga sekitar Rp 13,61 triliun dalam lima tahun ke depan yang digunakan untuk membangun pabrik baru, meningkatkan kapasitas produksi mesin, dan mengembangkan lahan kebun.

Pemerintah mematok target produksi gula BUMN pada 2017 mencapai 1,6 juta ton. Target produksi itu berarti mengalami peningkatan hingga 33% dari realisasi 1,2 juta ton pada 2016.

Deputi Bidang Usaha Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro menyatakan, untuk merealisasi target tersebut, akan dilakukan penataan ulang pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) di Pulau Jawa periode 2016-2020.

“Kontribusi pabrik gula BUMN terhadap kebutuhan nasional masih sangat kecil. Perlu upaya yang terstruktur dan berkesinambungan antara pengembangan atau membangun pabrik gula baru dengan kepastian ketersediaan bahan baku tebu terhadap kapasitas pabrik gula,” kata dia, di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, kondisi pabrik gula BUMN saat ini cukup memprihatinkan karena di bawah skala ekonomi. Dari 45 pabrik gula, hanya 25% yang memiliki kapasitas produksi di atas 4.000 ton tebu per hari (TCD) dan 78% pabrik gula di Jawa berusia di atas 100 tahun sehingga tidak kompetitif.

Guna meningkatkan kinerja pabrik gula BUMN, Wahyu menyatakan penataan ulang akan dilakukan dalam tiga tahap. Pertama peningkatan kapasitas produksi, kedua optimalisasi kapasitas dan produktivitas, ketiga penutupan pabrik gula yang kapasitas produksinya di bawah 2.000 TCD.

Ditambahkan, peningkatan produksi pabrik gula dilakukan pada sisi on farm (kebun tebu) dan off farm (pabrik gula) yang dijalankan secara paralel untuk menciptakan efisiensi.

Untuk itu, tambahnya, dalam mengembangkan pabrik gula BUMN, setidaknya dibutuhkan investasi hingga sekitar Rp 13,61 triliun dalam lima tahun ke depan yang digunakan untuk membangun pabrik baru, meningkatkan kapasitas produksi mesin, dan mengembangkan lahan kebun.

“Kami juga akan menutup pabrik gula yang tidak produktif sehingga jumlah pabrik gula saat sebanyak 45 pabrik gula akan berkurang menjadi hanya 22 pabrik gula,” ujarnya.

Meski begitu, disebutkan Wahyu, pengembangan dan penataan pabrik gula membutuhkan sinergi semua pihak, terutama dalam hal ketersediaan lahan tebu, pembangunan infrastruktur di daerah dan sentra penghasil tebu, pengembangan hilirisasi, dan pengembangan bisnis ekonomi kreatif berbasis agrowisata heritage.

Induk gula

Direktur Keuangan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III Erwan Pelawi mengatakan PTPN III sebagai induk (holding) BUMN Perkebunan membawahkan empat PTPN yang memiliki usaha pabrik gula, yaitu PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII.

Dia menambahkan PTPN IX akan menata lima unit pabrik gula dengan investasi sekitar Rp2,51 triliun, PTPN X membutuhkan dana secara bertahap (2017-2018) sebesar Rp4,25 triliun untuk pengembangan tujuh unit pabrik gula, PTPN XI sebesar Rp4,04 triliun untuk menata ulang pabrik gula dari 16 unit menjadi hanya 8 pabrik gula, sedangkan PTPN XII mengalokasikan dana sekitar Rpl,7 triliun.

Selain itu, Holding PTPN III berupaya menambah pasokan tebu melalui sinergi dengan Perum Perhutani yang akan menyediakan lahan untuk dijadikan perkebunan tebu. (Ant/E-4)

Sumber: Media Indonesia, hal. 17

Tanggal: 10 Maret 2017